Copyright

Bisnis Ritel: Pengertian, Jenis, Fungsi, Klasifikasi dll

Bisnis ritel sudah ada sejak berabad – abad yang lalu, namun pada era milenial seperti saat ini, bisnis ritel lebih sering terdengar di dalam dunia bisnis.

Bisnis ini termasuk salah satu bisnis yang menjanjikan di era Global seperti sekarang ini, tidak heran jika banyak pelaku bisnis yang mulai tertarik terjun di dalamnya.

Melihat dari besaran keuntungan yang bisa diperoleh dari bisnis ritel serta prospek yang baik ke depannya, tidak heran jika semakin banyak orang yang mencari informasi lengkap mengenai bisnis ritel.

Mulai dari apa itu bisnis ritel? Teknik pemasaran, klasifikasi, hingga mekanismenya. Bagi yang memilih retail sebagai bisnisnya ada baiknya menambah pengetahuan dengan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang bisnis ini.


Bisnis Ritel: Pengertian, Jenis, Fungsi, Klasifikasi dll

Apa Itu Bisnis Ritel?

Banyak masyarakat yang belum begitu memahami apa sebenarnya bisnis ritel itu itu sendiri. Retail adalah sebuah proses penjualan jasa atau produk kepada konsumen dalam skala kecil atau eceran yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi / pribadi konsumen tersebut.

Sebagai pelaku bisnis ritel, anda akan menjalankan transaksi jual beli langsung kepada pelanggan atau konsumen di mana saja.

Transaksi jual beli bisa dilakukan melalui toko online atau toko fisik. Pelaku bisnis ritel dianggap paling penting dalam menghubungkan antara pabrik penyedia produk dengan konsumen sebagai pengguna produk.

Dengan begitu meski pabrik tidak berhubungan langsung dengan konsumen, namun penjualan tetap berlangsung berkat seorang bisnis retail.

Maka pabrik bisa fokus pada sistem produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Kemudian retail akan berfokus pada penjualan produk langsung ke konsumen.


Fungsi – Fungsi Bisnis Ritel

Selanjutnya kita akan melihat bagaimana sebenarnya ritel bekerja dalam siklus perdagangan atau jual beli produk dan jasa. Berikut di antaranya :


1. Berperan secara langsung dalam mempromosikan produk

Tugas pertama pengecer adalah memainkan peran langsung dalam mempromosikan produk mereka. Setelah sejumlah barang yang dibeli dari pabrik maka akan langsung dipromosikan kepada konsumen dengan berbagai cara unik dan menarik agar mampu menarik minat konsumen untuk membeli produk yang mereka jual. Aktivitas promosi seperti ini sangat baik dalam menunjang popularitas produk.


2. Memudahkan konsumen untuk mendapatkan barang atau jasa yang dibutuhkan

Fungsi ritel yang kedua adalah memudahkan konsumen menemukan produk atau jasa yang mereka butuhkan.

Dengan adanya ritel maka konsumen tidak perlu susah payah menghubungi pabrik atau produsen untuk mendapatkan produk yang diinginkan. Tanpa seorang retail, maka konsumen akan kesulitan membeli barang atau jasa dari produsen utama.


3. Memberikan keuntungan bagi produsen dan grosir

Kini kita akan melihat fungsi selanjutnya dari seorang pelaku bisnis ritel, yakni berperan sebagai pemberi keuntungan bagi produsen dan grosir, tentunya dalam hal finansial dan penunjang popularitas produk.

Dalam proses jual beli yang terjadi, maka pihak ritel akan membeli barang dalam jumlah banyak kepada produsen atau grosir untuk kemudian dijual lagi kepada konsumen. Dengan begitu produsen dan grosir akan mendapatkan keuntungan yang akan dipakai untuk modal produksi barang.


4. Menawarkan berbagai jenis barang dengan harga yang berbeda

Fungsi terakhir dari bisnis ritel adalah bisa menawarkan aneka jenis barang dengan harga beragam. Seorang retail bukan hanya bisa menjual satu jenis barang saja, namun bisa menjual beraneka ragam produk dengan harga yang bervariasi, dengan begitu peningkatan kepuasan pelanggan akan semakin baik.


Klasifikasi Bisnis Ritel

Kini kita akan melihat klasifikasi bisnis retail secara lengkap atau jenis – jenis bisnis retail, berikut di antaranya :

  1. Berbasis toko : yang pertama adalah berbasis toko di mana transaksi jual beli melalui perantara toko retail. Kemudian di klasifikasikan lagi menjadi dua yakni toko berdasarkan kepemilikan dan toko berdasarkan barang atau jasa yang dijual.
  2. Berbasis non-toko : klasifikasi yang kedua adalah berbasis non-toko di mana transaksi jual beli dilakukan melalui kontak langsung secara personal atau non-langsung melalui beberapa perantara seperti email marketing, catalog, telepon, internet dan lainnya.
  3. Berbasis layanan : klasifikasi selanjutnya ini berbasis layanan atau servis yang ditawarkan langsung pada konsumen. Sehingga dalam hal ini sangat memperhatikan kualitas layanan, fitur yang ditawarkan, keunikan layanan dan masih banyak lagi. layanan atau servis bisa berupa jasa servis elektronik, penyewaan, perbankan, dll.


Jenis Bisnis Ritel

Berikut ini beberapa jenis bisnis ritel:


Bisnis Ritel Berdasarkan Skala Usaha

Kini kita akan melihat bisnis retail berdasarkan skala usaha. Dalam kategori ini bisnis retail dibagi menjadi dua yakni :

  • Retail skala besar : kategori yang pertama adalah retail skala besar di mana meliputi pengecer yang menawarkan barang atau menjual barang dalam jumlah besar. contohnya seperti, Chain Store, General Store, Department store, Hypermart, serta Supermarket
  • Retail skala kecil : kategori selanjutnya adalah retail skala kecil, di mana sering juga disebut sebagai pengecer tradisional yang menjual barang langsung kepada konsumen dalam jumlah kecil. Dalam kategori ini juga dibagi menjadi dua lagi yakni, retail kecil berpangkal contohnya kios menetap atau pedagang kaki lima, serta retail kecil tidak menetap atau pedagang keliling, contohnya penjual sayur keliling.


Bisnis Retail Berdasarkan kepemilikannya


Jika dilihat dari status kepemilikannya bisnis retail dibagi dalam beberapa jenis berikut :


1. Bisnis retail independen

Sesuai dengan namanya, bisnis retail yang satu ini merupakan bisnis yang mandiri, segala halnya diurus sendiri dari awal, mulai dari proses perencanaan bisnis hingga pendirian usaha tersebut.

Seluruh pekerjaan dikerjakan sendiri tanpa bantuan dari orang lain dalam proses menjalankan usaha. Biasanya para pebisnis retail dan bisnis lainnya akan mengerjakan seluruhnya sendiri sebelum nantinya mampu membayar karyawan untuk membantu menjalankan usaha mereka.

Meski usaha mandiri ini cukup sulit, terlebih lagi di tengah tingginya persaingan, namun semua bisa saja mencapai sukses asal memiliki tekat dan kerja keras.


2. Retail yang sudah ada

Kategori yang kedua adalah menjalankan bisnis retail yang sudah ada. Biasanya bisnis yang dijalankan merupakan warisan atau pengalihan kepemilikan dari bisnis yang sudah ada. Bisnis seperti basanya sudah berjalan dan tugas anda hanya bertanggung jawab menjaga kualitas penjualan agar  tetap stabil.


3. Dealer

Selanjutnya merupakan bisnis retail berupa dealer yang berbadan usaha atau perorangan dengan fungsi sebagai distributor dari produsen ke konsumen. Seorang pemilik dealer biasanya mempunya izin khusus dari produsen tanpa mengeluarkan biaya apa pun. Kemudian proses penjualan bisa langsung dilakukan.


4. Waralaba

Sistem waralaba atau franchise memang sudah sangat terkenal di Indonesia. Seorang bisnis retail juga bisa menjalankan usaha waralaba. Sistem bisnis ini sebenarnya hampir sama dengan dealer, di mana mereka memiliki izin untuk menggunakan produk, konsep, nama, serta rencana bisnis perusahaan pusat.

Untuk menggunakan seluruh yang ditawarkan perusahaan, anda harus membayar sejumlah biaya sebagai syarat utama melakukan kerja sama. Kemudian seluruh sarana akan diberikan oleh perusahaan pusat untuk menjalankan usaha.


5. Network marketing

Selanjutnya kategori network marketing atau jaringan pemasaran. Dalam sistem yang satu ini biasanya pihak distributor atau produsen yang akan merekrut pihak pemasaran secara khusus.

Maka penjualan produk atau barang akan bergantung sepenuhnya dengan kinerja mereka yang sudah direkrut dalam jaringan. Sehingga tidak membutuhkan toko fisik dalam memasarkan produk.


6. Corporate chain

Contoh dari usaha ini adalah Matahari Group, Ramayana Group, Yogya Group dan lain sebagainya, di mana beberapa orang pemilik saham bergabung dalam satu Group


Bisnis retail menawarkan produk atau jasa

Ada dua kategori menurut produk atau jasa yang ditawarkan bisnis retail, yakni produk retailing serta service retailing. Untuk memahami lebih lanjut mengenai kategori yang satu ini akan kami jelaskan secara detail, di antaranya :


Service retailing

Service trailing merupakan bisnis retail yang menawarkan jasa atau layanan kepada konsumen secara langsung. Kemudian service retailing dibagi menjadi 3 kategori lagi, di antaranya :

  • Rented goods service : bisnis retail yang satu ini menawarkan sistem penyewaan barang kepada konsumen secara langsung, contohnya sewa apartemen, rental mobil, sewa CD, dll
  • Owned goods service : bisnis retail yang satu ini menawarkan sistem pelayanan berupa perbaikan barang atau modifikasi milik konsumen, contohnya bengkel kendaraan dan reparasi barang elektronik.
  • Non-good service : bisnis retail yang satu ini menawarkan jasa yang sifatnya instangible atau tidak berbentuk fisik, contohnya pemandu wisata, pengasuh bayi, dll.

    

Product retailing

Product retailing merupakan bisnis yang menawarkan berbagai macam produk untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan pelanggan. kemudian product retailing dibagi menjadi 5 jenis, di antaranya :

  • Toserba atau Departement Store : bisnis retail yang satu ini berskala besar yan menawarkan produk berupa peralatan rumah tangga dan pakaian, yang setidaknya bisnis ini memiliki 20 karyawan atau lebih.
  • Food and Drug Retailer : bisnis retail yang masuk dalam kategori ini hanya berbatas menawarkan obat – obatan serta makanan saja yang bisa ditemukan di toko retail besar maupun kecil.
  • Swalayan atau Superdrug Store : jenis bisnis retail yang satu ini menjual obat – obatan serta makanan dalam toko besar dengan harga yang rendah
  • Convenience store : bisnis ini biasa disebut sebagai swalayan mini yang mudah ditemukan serta memiliki sistem buka selama 24 jam yang menjual berbagai kebutuhan harian. Contohnya adalah Indomart dan Alfamart.
  • Combination Store : terakhir adalah Combination store yang mirip dengan swalayan yang menetapkan harga serta praktek pemasaran yang sama, namun bisnis ini lebih besar dari swalayan dan sejenisnya.


Bisnis Retail Dilihat dari Teknik Pemasaran Produk

Meski bisnis retail sudah ada sejak berabad – abad yang lalu, namun kini usaha ini dirasa lebih berkembang seiring dengan kemajuan digital, maka tidak heran jika teknik pemasarannya juga mengalami perkembangan seiring kemajuan teknologi. Dengan begitu dari segi teknik pemasaran ini juga digolongkan menjadi beberapa kategori, di antaranya :


1. In Store – Retailing (dalam toko)

Kategori teknik pemasaran yang pertama yakni proses atau transaksi jual beli berlangsung di dalam toko. Kemudian kategori in store ini pun dibagi menjadi beberapa kategori lagi, di antaranya :

  • Speciality merchandise : kategori yang satu ini menawarkan produk dalam lingkup usaha kecil contohnya toko bunga, kemudian single – line store atau toko yang menyediakan satu produk dengan jenis yang beragam, serta speciality store atau toko yang menjual satu jenis produk saja
  • General merchandise : yakni general store atau toko yang menjual kebutuhan pokok yang berlokasi di pedesaan, variety store atau toko yang menjual berbagai produk namun dengan pilihan yang terbatas, serta department store atau toko yang menjual beragam produk lengkap.
  • Mass merchandise : yang merupakan supermarket, serta Superstore atau lebih besar dari supermarket biasanya sekelas mall yang menawarkan berbagai macam produk dan jasa, hypermarket yang menjual perabotan rumah tangga serta perlengkapan transportasi, discount store yakni menjual barang atau jasa dengan potongan harga atau diskon untuk menghasilkan penjualan atau perputaran yang lebih tinggi, warehouse showroom, serta catalogue showroom.

    

2. Non – store Retailing

Kategori bisnis ritel yang satu ini menggunakan media di luar toko fisik sebagai teknik pemasaran untuk menjual produk atau jasa. Contohnya penjualan yang dilakukan melalui direct selling, televise, email, media elektronik dan digital lainnya.


Bentuk Hukum Bisnis Ritel

Bisnis ritel sendiri memiliki bentuk hukum yang dibagi menjadi beberapa kategori, di antaranya :

  • Perseorangan : merupakan bisnis ritel yang dimiliki secara tunggal atau perseorangan yang dijalankan sendiri tanpa bantuan orang lain
  • Kemitraan : merupakan bisnis ritel yang dimiliki oleh dua orang atau lebih sebagai pemegang saham dan sekaligus menggerakkan usaha secara bersama
  • Usaha bersama : merupakan bisnis ritel kolaborasi antar beberapa pihak dengan menjalankan berbagai persetujuan dengan cara membagi modal serta keuntungan berdasarkan syarat dan ketentuan yang berlaku bagi seluruh pihak yang terlibat, baik secara modal maupun secara sistem operasi.

Bisnis ritel secara umum dibagi menjadi dua versi yakni versi modern serta versi tradisional. untuk versi modern biasanya berupa supermarket, hypermarket, department store serta grosir yang membutuhkan izin usaha berbadan hukum yang ditetapkan oleh wilayah tempat didirikan usaha.

Sedangkan versi tradisional berupa toko yang menjual barang eceran kebutuhan harian, seperti pedagang kaki lima atau pedagang pasar yang dalam pengelolaannya tidak memerlukan pendirian badan hukum.


Beberapa badan hukum yang dibutuhkan dalam mendirikan bisnis ritel, di antaranya :

  • Mendirikan badan hukum
  • Izin mendirikan bangunan (IMB)
  • Izin usaha toko modern yang tertuang dalam pasal 12 dan 13 perpres 112/2007, pasal 12 Permendagri 53/2011
  • Tanda daftar perusahaan (TDP)
  • Surat keterangan domisili perusahaan
  • Izin gangguan ( Permendagri 27/2009)
  • Surat tanda pendaftar waralaba


Tips dan Trik Memulai Bisnis Ritel

Bisnis ritel saat ini memang semakin diminati karena persentase keuntungan yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Salah satu penyebabnya adalah sistem pemasaran yang didukung sepenuhnya oleh teknologi yang semakin maju. Selain itu ada beberapa tips dan trik khusus untuk memulai bisnis ritel, di antaranya:


1. Tidak menaruh semua barang di display

Trik serta tips sukses berbisnis ritel adalah tidak menaruh semua barang di display, dengan kata lain jangan sekali kali menampilkan seluruh produk yang dijual di toko fisik maupun toko online, sebaiknya simpanlah sebagian dia gudang penyimpanan untuk meminimalisir pencurian. Selain itu buatlah tulisan maupun secara manual atau digital untuk melacak seluruh transaksi setiap harinya.


2. Kode khusus

Tips selanjutnya untuk mencapai sukses bisnis ritel adalah memberikan kode khusus. Cara ini akan memudahkan ana  dalam mengklasifikasikan ribuan barang yang harus diatur dan ditawarkan kepada pelanggan. maka sebaiknya berikan kode tertentu untuk memudahkan prosesnya, serta untuk mengontrol jumlah barang.


Demikianlah informasi seputar bisnis ritel yang cukup bermanfaat bagi anda yang ingin terjun dalam pengelolaan bisnis ritel. Semoga informasi ini bermanfaat. Terima kasih.